REPUBLIKA.CO.ID, KIEV--Aksi politik bisa dilakukan dalam berbagai macam cara. Seperti yang dilakukan oleh LSM hak-hak perempuan asal Ukraina, Femen, ini. Mereka memprotes kebijakan politik pemerintah Ukraina dan perdagangan perempuan dengan, bertelanjang dada.
"Tuhan kami seorang perempuan. Misi kami untuk memprotes. Senjata kami adalah bertelanjang dada," demikian slogan Femen seperti dilaporkan CNN, Jumat (21/1).
Pemimpin Femen, Anna Gutsol (26 tahun) mengatakan, tujuan kampanye kontroversialnya ini adalah untuk memanggil kaum perempuan di Ukraina agar mau lebih aktif di bidang politik dan masyarakat.
Saat ini Femen memiliki anggota 300 orang. Gara-gara aksi kontroversialnya itu, Femen mendapat liputan yang luas dari media internasional. "Kita melakukan agar mendapat perhatian pemerintah dan internasional. Dan terlihat kalau pemerintah takut dengan gerakan telanjang dada kami," kata Gutsol.
Femen mulai berkampanye soal perdagangan perempuan dan fenomena wisata seks di Ukraina yang memang marak. Mereka juga berkampanye soal hak-hak politik perempuan di parlemen. Desember lalu, dengan suhu di minus tujuh derajat, aktivis Femen berunjuk rasa di depan gedung parlemen Ukraina. Mereka memprotes komposisi kabinet yang diisi hanya kaum pria.
November tahun lalu, Femen juga memprotes Iran yang menghukum rajam seorang aktivis perempuan dengan tuduhan zinah. "Kami memprotes Iran, dan kami mendapat surat dukungan dari Iran," katanya.
Ditanya apakah gerakan Femen ini wajib diikuti kaum perempuan seluruh dunia, Gutsol menjawab,"Saya tidak bisa mengimbau mereka yang berbeda budaya dengan kami di Ukraina. Tapi yang bisa saya katakan adalah perempuan harus berani menuntut hak-haknya."
"Tuhan kami seorang perempuan. Misi kami untuk memprotes. Senjata kami adalah bertelanjang dada," demikian slogan Femen seperti dilaporkan CNN, Jumat (21/1).
Pemimpin Femen, Anna Gutsol (26 tahun) mengatakan, tujuan kampanye kontroversialnya ini adalah untuk memanggil kaum perempuan di Ukraina agar mau lebih aktif di bidang politik dan masyarakat.
Saat ini Femen memiliki anggota 300 orang. Gara-gara aksi kontroversialnya itu, Femen mendapat liputan yang luas dari media internasional. "Kita melakukan agar mendapat perhatian pemerintah dan internasional. Dan terlihat kalau pemerintah takut dengan gerakan telanjang dada kami," kata Gutsol.
Femen mulai berkampanye soal perdagangan perempuan dan fenomena wisata seks di Ukraina yang memang marak. Mereka juga berkampanye soal hak-hak politik perempuan di parlemen. Desember lalu, dengan suhu di minus tujuh derajat, aktivis Femen berunjuk rasa di depan gedung parlemen Ukraina. Mereka memprotes komposisi kabinet yang diisi hanya kaum pria.
November tahun lalu, Femen juga memprotes Iran yang menghukum rajam seorang aktivis perempuan dengan tuduhan zinah. "Kami memprotes Iran, dan kami mendapat surat dukungan dari Iran," katanya.
Ditanya apakah gerakan Femen ini wajib diikuti kaum perempuan seluruh dunia, Gutsol menjawab,"Saya tidak bisa mengimbau mereka yang berbeda budaya dengan kami di Ukraina. Tapi yang bisa saya katakan adalah perempuan harus berani menuntut hak-haknya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar